Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi (s), dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah (s) mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah (swt) untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. [49:2-3]
Ini adalah peringatan bagi mereka yang meninggikan suara-suaranya di hadirat Nabi (s), bahwa Allah (swt) akan memandang amalannya hilang dan tidak akan ada pahala bagi mereka. Dikisahkan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq (r) sering mengatakan, “Tidak seharusnya meninggikan suara di hadapan Nabi (s), baik semasa hidup maupun setelah wafatnya.”
Ketika mendengar suara tenda dipancangkan atau suara paku dipalu di rumah tetangga, Aisyah (r) mengirim utusan pada tetangga itu untuk mengatakan, “Jangan menyakiti utusan Allah.” `Umar ibn Khattab (r) mendengar dua orang meninggikan suara mereka di dalam Masjid Nabawi, lalu beliau bertanya, “Dari mana asalmu?” Mereka menjawab, “Dari Thaif.” Lalu `Umar (r) mengatakan, “Sudah pernah ke Madinah? Aku akan menghukummu. Tidak boleh ada suara di dalam Masjid kami ini.”
Qaadi Iyaad mengatakan dalam ijma (konsensus) kaum Muslimin, bahwa tempat di mana makam Nabi (s) berada adalah tempat tersuci di bumi ini. (dalam al-Shifa, bab tentang ziarah Nabi (s)). Maka ziarah pada Nabi (s) adalah hal yang amat penting bagi setiap Mukminin, dan salat di dalam Masjid Nabawi juga penting. Sabda Nabi (s), ”Di antara makamku dan mimbarku ada sebuah taman kecil dari taman surga.” (Bukhari dan Muslim).
KETIKA MEMASUKI MASJID NABAWI
Ketika Anda memasuki al-Haram asy-Syarif, ambil miswak Anda dan lakukan sunnat al-istiyak sambil membaca, “Allahumma thahir qalbi minal syirik wan-nifaq” (ya Tuhan, sucikanlah hatiku dari syrik dan kemunafikan).
Bagi pria diutamakan memasuki Baab ar-Rahmah (Pintu Rahmat), pintu Sayyidina Abu Bakar (r), Baab as-Salam (Pintu Damai), Baab Jibril (a), Baab Fatimah Zahrah (a) (Pintu Fatimah (a), putri Nabi (s)). Bagi wanita tidak ada pilihan, mereka harus masuk melalui pintu khusus. Sebelum masuk berdirilah dan ucapkan salam pada Nabi (s) dan khalifah-khalifah beliau, anak-anak beliau, Sahabat Nabi (s) dan para Awliya, khususnya syekh Anda, dengan adab sebagai berikut:
الصَّلوةُ والسَّلامُ عليْك يا رَسُولَ الله
Ash-shaalatu was-salaamu `alayka yaa Sayyidii yaa Rasuulullaah
Berkah dan kedamaian atas-Mu, ya Nabi Allah (s)
الصَّلوةُ والسَّلامُ عليْكَ يا حَبِيبَ الله
Ash-shaalatu was-salaamu `alayka yaa Habiibalaah
Barakah dan kedamaian atasmu, wahai kekasih Allah (s)
السَّلامُ عليْكَ يا سَيّدَنا أبا بَكْر الصّدّي
As-salaamu `alayka yaa Sayyidinaa Abaa Bakrinish-Shiddiq
Kedamaian atasmu, wahai junjungan kami Abu Bakar ash-Shiddiq (r)
السَّلامُ عليْكَ يا سَيّدَنا عُمَر الفارُوق
As-salaamu `alayka yaa Sayyidinaa `Umar al-Faaruuq
Kedamaian atasmu, wahai junjungan kami `Umar al-Faruuq (r)
السَّلامُ عليْكَ يا سَيّدَنا عُثْمان وسَيّدَنا عَلِي
As-salaamu `alayka yaa Sayyidinaa `Utsman wa yaa Sayyidinaa `Ali
Kedamaian atasmu, wahai junjungan kami `Utsman (r) dan junjungan kami `Ali (kw)
السَّلامُ عليْكِ يا سَيّدَتَنا فاطِمَة الزَّهْرَة
As-salaamu `alayka yaa sayyidatinaa Faathimat az-Zahrah
Kedamaian atasmu, wahai wanita kami Fatimah az-Zahrah (a)
السَّلامُ عَلَيْكُم يا يا أهْلَ جَنَّةِ البَقِيع
As-salaamu `alayka yaa Ahla-Jannatil Baqii`
Kedamaian atasmu, wahai para penghuni Jannatil Baqii`
السَّلامُ عليْكَ يا سَيّدَنا حَمْزَة
As-salaamu `alayka yaa sayyidinaa Hamzah
Kedamaian atasmu, junjungan kami Hamzah (r)
السَّلامُ عَلَيْكُم يا شُهُداءَ أُحُد
As-salaamu `alayka yaa Syuhadaa Uhud
Kedamaian atasmu, wahai para syuhada Uhud
Lalu masuklah ke dalam masjid Nabawi dengan kaki kanan dahulu sambil mengucapkan,
إذا وصلت إلى المسجد النبوي فقدم رجلك اليمين عند دخوله وقل أُعُوذُ بِاللهِ العَظِيم ووَجْهِهِ الكَرِيم وسُلْطانَهُ القَدِيم مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيم اللّهُمَّ افْتَحْ لي أَبْوابَ رَحْمَتِك.
A`uudzubillaahil `Azhiim wa wajhihil kariim wa sulthaanahul qadiim minasy-syaythaanir-rajiim/ Allahumma aftah lii abwaaba rahmatik
Aku memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Agung dan dengan Kemurahan-Nya dan dengan Kekuasaan-Nya yang Mutlak dari godaan setan yang terkutuk. Dengan Nama Allah (swt), Ya Allah, berkatilah Nabi Muhammad (s) dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah Pintu Rahmat-Mu bagiku. (Ibn Majah, Tirmidzi, Ahmad)
Lalu berniatlah:
نويتُ الأَرْبَعِين، نويتُ الإعْتِكاف، نَوَيتُ الخَلْوَة نَوَيتُ العُزْلَة، نويتُ الرّياضة نَويتُ السُّلوك للهِ تَعالى في حَرَمِ النَّبي صَلّى اللهُ علَيْهِ وسَلّم
Nawaytu ‘l-arba’in, nawaytu ‘l-`itikaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyadhah, nawaytu ‘s-suluk, lillahi ta’ala fii haramin-Nabiyyi shallallaahu `alayhi wa sallam.
Aku berniat melaksanakan 40 hari khalwat, berniat memisahkan diri, berniat mendisiplinkan diri, berniat bepergian di jalan Allah (swt), demi Tuhan Yang Maha Agung di tempat suci Nabi (s).
Lalu masuklah ke dalam masjid.
Jika tidak memungkinkan untuk segera mengunjungi Masjid Nabawi karena terlalu sesak, atau saatnya salat berjamaah, maka lakukan Salat Tahiyyat al-Masjid. Namun bila memungkinkan, maka langsung lakukan kunjungan. Bila Anda mengunjungi Masjid Nabawi, usahakan masuk lewat pintu Sayyidina Abu Bakar (r) atau Baab as-Salam.