Air Zamzam



Disarankan untuk BANYAK meminum air dari sumur Zamzam dengan niat apapun yang diinginkan, baik yang bersifat religius maupun duniawi, sesuai sabda Nabi (s), “Air Zamzam adalah untuk apapun air itu diminum.”

Disunnahkan untuk meminumnya sambil berdiri menghadap Ka’bah, dengan menyeruput 3 kali sambil mengucapkan, “Bismillah” setiap kali meminumnya dan “alhamdulillah” setelahnya. Para peziarah sering membawa botol-botol Zamzam untuk membagi berkahnya dengan keluarga dan para sahabatnya ketika mereka sampai di rumah. Adab yang sama dilakukan bila meminumnya.

Diriwayatkan bahwa Nabi (s) pernah bersabda bahwa Ka’bah di Bumi secara diametris berhadapan dengan masjid malaikat–malaikat yang berada di bawah Singgasana Tuhan, Arasy (sehingga jika ada melempar kerikil dari sana, maka akan jatuh di atas Ka’bah di Bumi) (Bukhari).


Imam Ibn Katsir melaporkan bahwa di ketujuh Surga masing-masing terdapat Ka’bah tertentu, yang digunakan oleh para penghuni Surga-Surga itu. (Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-nihayah, 1, 163). Ia menambahkan bahwa nama Ka’bah di Surga adalah Bayt al-Makmur, dan bahwa Ka’bah di Bumi berada tepat di bawah Ka’bah di Surga. (Ibn Katsir, Tafsir, surat ke-52 ayat 4).

Bayt al-Makmur adalah tempat asli di mana Ka’bah berdiri sekarang ini, dikirim turun ke Bumi dari Surga oleh Tuhan, dan dibangun sebagai rumah pertama oleh Adam (a) dengan bantuan malaikat. (Al-Kisai, Muhammad ibn Abdullah, Qisas al-anbiya: Tales of the Prophets (Kazi, 1997) hal. 62). Tuhan memerintahkan Adam (a) untuk mengelilinginya (tawaf), sebagaimana para malaikat mengitari Arasy. Pada saat banjir di zaman Nabi Nuh (a), Rumah itu diangkat ke Surga dan Nabi (s) melihat para malaikat mengitarinya ketika beliau diangkat ke Surga pada malam Isra’. (Adil, Hajjah Amina, Lore of Light, volume 1, hal. 197)

Nabi Ibrahim (a) diperintahkan oleh Allah (swt) untuk membangun kembali Ka’bah dengan bantuan anaknya, Ismail (a). Malaikat Jibril (a) mengeluarkan sisa batu dari Ka’bah asli, yaitu Batu Hitam yang disembunyikan di dalam gunung Abu Quais yang terletak di kota Mekah sejak terjadinya banjir Nuh (a). (Adil, Hajjah Amina, Lore of Light, volume 1, hal. 22, 23).

Kita dianjurkan untuk memandang Ka’bah, karena itu adalah tempat pandangan Ilahiah dan dikatakan bahwa Tuhan mengirimkan seratus dua puluh ampunan siang dan malam di Baitullah: enam puluh bagi yang tawaf, empat puluh bagi yang beribadah di sana dan dua puluh bagi yang memandangnya. (Keller, Reliance of the Traveler, j11.6 (2), hal. 349).