Kisah ini berhubungan dengan Qisas al-Anbiya, di mana Nabi Ibrahim (a) membawa Siti Hajjar dan bayinya Ismail (a) menuju lembah Bakkah (sekarang Mekah) dekat Ka’bah Adam (a) yang hancur oleh banjir pada masa Nabi Nuh (a). Nabi Ibrahim (a) mengatakan pada Siti Hajar, “Tinggallah di sini dengan anakku, karena aku sudah diperintahkan.” Siti Hajar bertanya, “Pada siapa aku meminta bantuan?” “Pada Tuhanmu,” jawab Nabi Ibrahim (a) yang kemudian menengok ke kanan dan ke kiri, namun tidak melihat seorang pun, ia berkata kepada Tuhannya,
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [14:37]
Ketika panas mulai tidak tertahankan, Siti Hajar melihat sebuah pohon di mana sumur zamzam ditakdirkan kelak berada di
Lalu malaikat Jibril (a) turun membawa berita gembira, di mana ketika Hajar menghampiri Ismail (a) yang sedang menggaruk tanah dengan kukunya; di
Siti Hajar mengatakan,
“Ini adalah air yang melimpah ruah (zamzam dalam istilah Hajar).” Dari situlah sumur itu dinamakan. Ia menumpuk batu-batuan di sekitar sumber air itu agar tidak mengalir ke mana-mana. Nabi Muhammad (s) menjelaskan bahwa jika Hajar tidak melakukan hal itu, maka air zamzam akan terus mengalir di permukaan bumi dari timur sampai ke barat.
Kemudian sebuah kafilah mendekat dari Yaman menuju Suriah. Ketika mereka melihat burung-burung berputar di atas Hajar dan anaknya, mereka bingung dan mengatakan, “Burung-burung hanya berputar di sekitar air atau daerah pemukiman.” Ketika mereka mendekat, mereka menemukan Hajar dan anaknya Ismail (a) di samping sebuah sumur yang berair manis. Setelah lama berbicara, Siti Hajar memberi izin bagi mereka untuk mendekati air dan mereka datang bersama ternaknya dan akhirnya orang-orang pun bermukim di